Kegiatan Belajar Mengajar dalam Perspektif Pendidikan Bermutu
(Friday, 26 December 2008) - Written by Admin - Last Updated (Friday, 26 December 2008)
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
(Friday, 26 December 2008) - Written by Admin - Last Updated (Friday, 26 December 2008)
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Sebelum kita dapat membahas isu-isu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
kita perlu membahas secara lebih dalam isu-isu dan prioritas untuk
pendidikan yang bermutu dan tujuannya KBM dalam proses mengarah ke
pendidikan yang bermutu.
Apakah tujuan KBM adalah untuk menyampaikan informasi tertentu
(pengetahuan) atau mengajar salah satu "skill" (keterampilan) kepada
pelajarnya? Atau ada tujuan yang lebih luas?
Kami masih ingat pada waktu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) baru
muncul di Indonesia secara formal. Di lapangan banyak guru sedang
bingung. Bingung karena ada beberapa hal termasuk banyak kompetensi
yang disebut dalam kurikulum yang bukan kompetensi, atau sangat sulit
diukur. Salah
satu masalah besar adalah guru-guru bingung karena mereka tidak dapat
percaya bahwa mereka akan punya cukup waktu untuk mengajar les
masing-masing untuk menyampaikan dan "assess" (menilaikan) begitu
banyak kompetensi.
Padahal ini bukan masalah karena kita tidak perlu mengajar kompetensi-kompetensi itu masing-masing. Di dalam satu
kelas kita dapat mengajar beberapa kompetensi sekalian dan juga assess beberapa kompetensi sekalian.
Sebenarnya di setiap kelas kita wajib untuk mengajar sebanyak kompetensi mungkin dalam waktunya bila memakai KBK
atau tidak.
Apa itu Pendidikan Yang Bermutu?
Sebetulnya ada banyak definisi untuk pendidikan yang bermutu tetapi kami merasa bahwa definisi ini dari UNICEF (di
bawah) adalah cukup lengkap:
- Pelajar yang sehat, mendapat makanan bergizi
yang cukup dan siap berpartisipasi dalam proses belajar, yang didukung
dalam proses pembelajaran oleh keluarga dan linkungannya.
- Environmen yang sehat, aman,
melindungi dan "gender-sensitive", dan menyediakan sumber-sumber
pembelajaran dan fasilitas yang cukup.
- Konten dalam kurikulum dan bahan
pembelajaran yang relevan untuk belajar "basic skills", khusus
"literacy, numeracy and skills for life", dan pengetahuan mengenai
isu-isu seperti "gender, health (kesehatan), nutrisi, HIV/AIDS
prevention and peace (kedamaian)".
- Proses-proses di mana guru-guru yang
terlatih menggunakan sistem pembelajaran "child centered" di kelas dan
sekolah yang di-manage dengan baik dan di mana ada penilaian yang baik
untuk melaksanakan pembelajaran dan menurunkan isu-isu perbedaan.
- Outcomes yang termasuk pengetahuan,
keterampilan dan sikap-sikap, dan berhubungan dengan tujuan-tujuan
http://www.jsit.web.id - JSIT Indonesia Developed by Sugama Generated: 3 March, 2009, 11:48
(goals) nasional untuk pendidikan dan partisipasi sosial yang positif.
Bagaimana kita dapat melaksanakan Pendidikan yang Bermutu di Indonesia?
Yang pertama kita harus sadar bahwa kesehatan adalah isu pendidikan. Itu sebabnya Pendidikan Network mempunyai
bagian berita khusus "Pendidikan & Kemiskinan"
karena isu-isu kemiskinan dan kesehatan adalah dua faktor yang sangat
mempengaruhi mutu pendidikan (untuk semua) di negara kita.
"Environmen yang sehat" Puluhan ribu
sekolah di negara kita adalah rusak atau ambruk. Kalau kita menuju
pendidikan yang bermutu "untuk semua" ini harus sebagai prioritas utama
terhadap keadilan di bidang pendidikan. Walapun sumber-sumber pembelajaran dan fasilitas adalah isu yang sangat
penting semua siswa-siswi di Indonesia berhak untuk mengakses sekolah yang aman dan nyaman.
"Konten dalam kurikulum dan bahan pembelajaran yang relevan untuk belajar basic skills".
Kurikulum adalah isu yang terus perlu ditingkatkan sesuai dengan
kebutuhan siswa-siswi untuk menghadapi masa depan dengan keberanian dan
kreativitas, kalau negara kita berharap kemajuan.
Biasanya ada tiga kurikulum sebetulnya; kurikulum nasional, kurikulum daerah (mungkin konten lokal termasuk bahasa),
dan kurikulum sekolah (mencerminkan keinginan dan kebutuhan lingkungan sekolah termasuk masyarakat dan industri).
Kurikulum
sekolah adalah isu yang sangat penting dan dapat di bentukkan dalam
kegiatan ekstra-kurikular untuk menambah pembelajaran agama, sosial,
kemandirian, keterampilan yang berhubungan dengan industri lokal
(kejuruan), dll. Kurikulum sekolah dapat sangat membantu dengan isu-isu mutu SDM.
"Proses-proses di mana guru-guru yang terlatih menggunakan sistem pembelajaran child centered"
Apa maksudnya "child centered"? Child centered adalah sistem pembelajaran di mana fokus pembelajaran adalah
dengan pelajar bukan guru. Guru sebagai fasilitator atau manajer proses pembelajaran. Misalnya di TK guru-guru sering
mengajar anak-anak lewat kegiatan mainan.
Di dalam kegiatan-kegiatan ini adalah pembelajaran misalnya
pembelajaran isu sosial, hitung, bergambar, cerita dalam kata-kata
sendiri, keterampilan kreativitas, dll.
Di tingkat SD sampai SMP sudah ada banyak contoh dan bukti
penghasilan dari proses "Child Centered Learning" yang disebut
Pengajaran Aktif, Kreatif, Efektif yang Menyenangkan (PAKEM) atau
Pembelajaran Kontekstual di situs Basic Education (MBE).
Di tingkat SMU kita masih dapat menyaksikan banyak kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah menengah yang belum
Student Centered.
Mungkin karena masih banyak guru belum kenal dengan proses, atau
seperti kami sudah mendengar di lapangan bahwa guru-guru masih
ragu-ragu bahwa mereka dapat selesai menyampaikan kurikulum dalam
waktunya kalau menggunakan proses PAKEM. Padahal lewat
proses PAKEM siswa-siswi dapat belajar sangat cepat maupun enjoy
(nikmat) pembelajaran sambil menambah pembelajaran "life skills"
misalnya manajemen, kemandirian, penelitian, dll, sambil belajar topik
http://www.jsit.web.id - JSIT Indonesia Developed by Sugama Generated: 3 March, 2009, 11:48
utama#.
#Ingat di atas bahwa kami sebut "di setiap kelas kita wajib untuk mengajar sebanyak kompetensi mungkin dalam
waktunya bila memakai KBK atau tidak"
Ini adalah salah satu isu yang sangat membedakan sekolah nasional dengan sekolah internasional. Beberapa sekolah
nasional sudah melaksanakan proses pembelajaran kontekstual misalnya Madania di Parung, Bogor, Jawa Barat.
Di Perguruan Tinggi kita dapat menyaksikan kegiatan belajar mengajar di kebanyakan kelas yang paling pasif. Proses
pembelajarannya biasanya sangat 'dosen centered' dengan mahasiswa/i dalam keadaan DM (duduk manis) dan jarang
terkait dalam proses pembelajaran.
Apakah harus begini? Pasti Tidak!
Dosen-dosen, sama dengan guru-guru di sekolah, wajib untuk mengaktifkan mahasiswa/i dalam proses pembelajaran.
Kita perlu menggunakan strategi-strategi, walapun kelasnya adalah
besar, di mana mahasiswa/i adalah seaktif mungkin dalam proses
pembelajaran.
Apakah anda yang dosen yang membaca ini pernah ikut program
seminar yang ceramah atau pidato sepanjang hari? Apakah anda ingin
tidur atau pulang? Sekarang
kebanyakan presenter menggunakan laptop dan data projector. Apakah ada
bedanya? Setelah dua atau tiga presentasi apa anda ingin tidur atau
pulang juga? Sama saja kan?
Yang akan paling meningkatkan mutu pendidikan
di Indonesia adalah kalau kita di semua tingkat pendidikan
menghidupkan/mengaktifkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), bukan isu seperti teknologi.
Teknologi Pendidikan adalah alat bantu untuk di mana ada kesempatan untuk meningkatkan mutu KBM,
tetapi teknologinya harus cocok dan tidak perlu terlalu canggih. Kalau
kita sering menggunakan teknologi yang sama, bila paling canggih,
pelajar kita juga akan cepat mulai bosen. Sering teknologi yang paling membantu tujuan KBM kita adalah yang paling
sederhana.
Dikutip dari: http://teknologipendidikan.com/kbm.html
http://www.jsit.web.id - JSIT Indonesia Developed by Sugama Generated: 3 March, 2009, 11:48
Tidak ada komentar:
Posting Komentar