Senin, 30 Maret 2009

PENGERTIAN PENGELASAN

Pendahuluan
Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dengan kata lain, las adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas. Dalam proses penyambungan ini adakalanya disertai dengan tekanan dan material tambahan (filler material)

Teknik pengelasan secara sederhana telah diketemukan dalam rentang waktu antara 4000 sampai 3000 SM. Setelah energi listrik dipergunakan dengan mudah, teknologi pengelasan maju dengan pesatnya sehingga menjadi sesuatu teknik penyambungan yang mutakhir. Hingga saat ini telah dipergunakan lebih dari 40 jenis pengelasan.
Pada tahap-tahap permulaan dari pengembangan teknologi las, biasanya pengelasan hanya digunakan pada sambungan-sambungan dari reparasi yang kurang penting. Tapi setelah melalui pengalaman dan praktek yang banyak dan waktu yang lama, maka sekarang penggunaan proses-proses pengelasan dan penggunaan konstruksi-konsturksi las merupakan hal yang umum di semua negara di dunia.
Terwujudnya standar-standar teknik pengelasan akan membantu memperluas ruang lingkup pemakaian sambungan las dan memperbesar ukuran bangunan konstruksi yang dapat dilas. Dengan kemajuan yang dicapai sampai saat ini, teknologi las memegang peranan penting dalam masyarakat industri modern.
Klasifikasi pengelasan
Ditinjau dari sumber panasnya. Pengelasan dapat dibedakan tiga:
A. Mekanik
B. Listrik
C. Kimia
Sedangkan menurut cara pengelasan, dibedakan menjadi dua bagian besar:
A. Pengelasan tekanan (Pressure Welding)
B. Pengelasan Cair
C. Fusion Welding
Fusion welding adalah proses penyambungan logam dengan cara mencairkan logam yang tersambung.Jenis-jenis Fusion Welding:
A. Oxyacetylene Welding
B. Electric Arc Welding
C. Shield Gas Arc Welding- TIG- MIG- MAG- Submerged Welding
D. Resistance Welding- Spot Welding- Seam Welding- Upset Welding- E. Flash Welding- Electro Slag Welding- Electro Gas Welding
F. Electron Beam Welding
G. Laser Beam Welding
H. Plasma Welding
Carbon Arc Welding adalah proses untuk menyatukan logam dengan menggunakan panas dari busur listrik, tidak memerlukan tekanan dan batang pengisi (filler metal) dipakai jika perlu. Carbon Arc Welding banyak digunakan dalam pembuatan aluminium dan besi.
Sumber arusnya bisa DC maupun AC dengan menggunakan DC/AC. Proses Carbon Arc Welding bisa dipakai secara manual ataupun otomatis. Pendinginannya tergantung besarnya arus. Bila penggunaan arus di atas 200 Ampere digunakan Water Cooled. Dan sebaliknya bila di bawah 200 Ampere digunakan Air Cooled.
  • Coated Electrode Welding
    Cara pengelasan dimana elektrodanya dibungkus dengan fluks merupakan pengembangan lebih lanjut dari pengelasan dengan elektroda logam tanpa pelindung (Bare Metal Electrode). Dengan elektroda logam tanpa pelindung, busur sulit dikontrol dan mengalami pendinginan terlalu cepat sehingga 02 dan N2 dari atmosfer diubah menjadi Oksida dan Nitrida, akibatnya sambungan menjadi rapuh dan lemah.
    Prinsip Las Elektroda Terbungkus adalah busur listrik yang terjadi antara elektroda dan logam induk mengakibatkan logam induk dan ujung elektroda mencair dan kemudian membeku bersama-sama. Lapisan (Pembungkus) Elektroda terbakar bersama dengan meleburnya elektroda menghasilkan gas pelindung sekeliling busur. dengan oksigen (O2). hasil pembakaran ini akan menghasilkan suhu yang tinggi dan umumnya digunakan untuk cutting, brazing, metalling, and hard surfacing.
    Acetylene dihasilkan dari percampuran CAC2 (Kalsium Karbida) dengan air. CAC2 dihasilkan dari proses peleburan antara batu karang (Carbon) dengan kapur (CAO) dalam dapur api yang memancarkan bunga api listrik.
    Fungsi Fluks:
    Melindungi logam cair dari lingkungan udara
    Menghasilkan gas pelindung
    Menstabilkan busur
    Sumber unsur paduan (V, Zr, Cs, Mn).
    Submerged Arc Welding
    Dalam pengelasan busur rendam otomatis, busur dan material yang diumpankan untuk pengelasan tidak diperlukan seorang operator yang ahli. Pengelasan otomatis ini pertama kali diusulkan oleh Bernardos dan N. Slavianoff. Dan Las Busur Rendam dipraktekkan pertama kali oleh D. Dulchesky.
    Las busur rendam adalah pengelasan dimana logam cair tertutup dengan fluks yang diatur melalui suatu penampung fluks dan logam pengisi yang berupa kawat pejal diumpankan secara terus menerus. Dalam pengelasan ini busur listriknya terendam dalam fluks.
    Karena dalam pengelasan ini, busur listriknya tidak kelihatan, maka sangat sukar untuk mengatur jatuhnya ujung busur. Di samping itu karena mempergunakan kawat elektroda yang besar maka sangat sukar untuk memegang alat pembakar dengan tangan tepat pada tempatnya. Karena kedua hal tersebut maka pengelasan selalu dilaksanakan secara otomatis penuh.
    Mesin las ini dapat menggunakan sumber listrik AC yang lamban dan DC dengan tegangan tetap bila menggunakan listrik AC
    Perlu adanya pengaturan kecepatan pengumpanan kawat las yang dapat diubah-ubah untuk mendapatkan panjang busur yang diperlukan. Bila menggunakan sumber listrik DC dengan tegangan tetap, kecepatan pengumpanan dapat dibuat tetap dan biasanya menggunakan polaritas balik (DCRP). Mesin las dengan listrik DC kadang-kadang digunakan untuk mengelas pelat tipis dengan kecepatan tinggi atau untuk pengelasan dengan elektroda lebih dari satu.
    Keuntungan Las Busur Rendam:
    Kualitas Las Baik
    Penetrasi cukup
    Bahan las hemat
    Tidak perlu operator tampil
    Dapat memakai arus yang tinggi
    Kerugian Las Busur Rendam:
    Sulit menentukan hasil seluruh pengelasan
    Posisi pengelasan hanya horisontal
    Penggunaan sangat terbatas
    Tungsten Inert Gas
    Pengelasan ini pertama kali ditemukan di USA (1940), berawal dari pengelasan paduan untuk bodi pesawat terbang. Prinsip: panas dari busur terjadi diantara elektrode Tungsten dan logam induk akan meleburkan logam pengisi ke logam induk di mana busurnya dilindungi oleh gas mulia (Ar atau He).
    Las ini memakai elekroda Tungsten yang mempunyai titik lebur yang sangat tinggi (3260 C) dan gas pelindungnya Argon/Helium. Sebenarnya masih ada gas lainnya, seperti Xenon. Tetapi karena sulit didapat maka jarang digunakan. Dalam penggunaannya Tungsten tidak ikut mencair karena Tungsten tahan panas melebihi dari logam pengisi. Karena elektrodanya tidak ikut mencair maka disebut juga elektroda tidak terumpan.
    Oxyacetylene Welding
    Suatu pengelasan dengan menggunakan nyala api yang diperoleh dari pembakaran gas acetylene (C2H2) dengan oksigen (O2). Hasil pembakaran ini akan menghasilkan suhu yang tinggi, dan umumnya digunakan untuk cutting, brazing, metalling, dan hard surfacing.
    Acetylene dihasilkan dari percampuran CaC2 (Kalsium Karbida) dengan air. CaC2 dihasilkan dari proses peleburan antara batu karang (Carbon) dengan kapur (CaO) dalam dapur api yang memancarkan bunga api listrik.
    CaO + 3C Þ CaC2 + CO
    CaC2 + H2O Þ C2H2 + Ca(OH)2
    Setelah CaC2 dileburkan, Karbida didinginkan, dihancurkan dan dimasukkan dalam keadaan kering ke dalam wadah yang hampa udara. Dimana wadah yang hampa udara ini merupakan salah satu bagian dari generator Acetylene.
    Dalam generator tersebut, Karbida yang telah dihancurkan diletakkan dalam wadah yang hampa udara yang terletak di atas tangki besar yang berisi air. Kemudian sedikit demi sedikit Karbida ini dijatuhkan ke dalam air. Carbon yang terkandung dalam CaC2 melepaskan diri dan kemudian bergabung dengan Hidrogen membentuk C2H2 yang berupa gelembung-gelembung gas, pada akhirnya akan menguap menjadi gas dan meninggalkan endapan Ca(H)2.
    Acetylene tidak berwarna, tidak berbau dan lebih ringan daripada udara. Tapi yang ada di pasaran sudah dicampur degnan belerang dan Phofor sehingga berbau. Gas Acetylene tidak stabil di atas tekanan 30 psig (1435 F). Di atas batas-batas tersebut bisa menimbulkan ledakan. Karena ketidakstabilan dari Acetylene ini, maka tidak boleh digunakan di atas tekanan 15 psig atau dikenai kejutan listrik, panas yang berlebihan dan perlakuan yang keras.
    Untuk mengatasi hal ini, kalau gas ini akan disimpan dalam botol baja dengan tekanan di atas 2 atm maka harus dilarutkan lebih dahulu dalam Aceton cair. Aceton ini digunakan untuk menyerap gas Acetylene dan membuatnya menjadi stabil. Caranya dengan melapisi dinding botol penyimpanan dengan Asbes yang porous dan diakhiri dengan penambahan Aceton cair. Aceton ini digunakan untuk menyerap gas Acetylene dan membuatnya menjadi stabil. Caranya dengan melapisi dinding botol penyimpanan dengan Asbes yang porous dan diakhiri dengan penambahan Aceton cair.
    Pemakaian gas dari silinder tidak boleh lebih dari 1/7kapasitas total silinder.
    Jenis nyala api dapat dibagi tiga jenis:
    Netral (C2H2 : O2 = 1:1)
    Karburasi (C2h2 > O2)
    Oksidasi (C2H2 < O2)
    Temperatur nyala api bisa mencapai 3000 C.
    Electric Arc Welding
    Prinsip :
    Penggunaan busur listrik untuk pemanasan. Panas oleh busur listril terjadi karena adanya loncatan elektron dari elektrode melalui udara ke benda kerja
    Elektron tersebut bertumbukan dengan udara/gas serta memisahkannya menjadi elektron dan ion positif. Daerah di mana terjadi loncatan elektron disebut busur (Arc)
    Menurut Bernados (1885) bahwa busur yang terjadi di antara katoda Karbon dan anoda logam dapat meleburkan logam sehingga bisa dipakai untuk penyambungan 2 buah logam.
    Las Busur Listrik dapat dibagi menjadi:
    Las Elektroda Karbon
    Las Elektroda Terbungkus
    Las Busur Rendam
    Las Busur CO2
    Las TIG
    Las MIG
    Las Busur dengan elektroda berisi fluks
    Panas dari busur disebabkan oleh elektron yang bergerak dari katoda menumbuk anoda. Konversi energinya:
    W = E * I * T
    Di mana:
    W = Energi Panas
    E = Tegangan, Volt
    I = Arus, Ampere
    T = Waktu, Detik
    Pada saat pengelasan, benda kerja menjadi panas sehingga mudah terjadi reaksi dengan Oksigen (Udara). Untuk mencegahnya digunakan pelindung berbentuk fluks atau gas pelindung. Posisi pengelasan terdiri dari : Flat (F), Vertikal (V), Horisontal (H) dan Overhead.
    Carbon Arc Welding
    Carbon Arc Welding mungkin adalah proses las listrik yang dikembangkan pertama kali menurut catatan, eksperimen las listrik pertama kali dilakukan pada tahun 1881, ketika Auguste de Meritens (Perancis) menggunakan busur karbon sebagai sumber pengelasan dengan aki sebagai sumber listriknya. Dalam eksperimennya, dia menghubungkan benda kerja dengan kutb positif. Walaupun kurang efisien, proses ini berhasil menyatukan timah dengan timah.
    Carbon Arc Welding adalah proses untuk menyatukan logam dengan menggunakan panas dari busur listrik, tidak memerlukan tekanan dan batang pengisi (filler metal) dipakau jika perlu. Carbon Arc Welding banyak digunakan dalam pembuatan aluminium dan besi.
    Sumber arusnya bisa DC maupun Ac. Dengan menggunakan DC/AC, proses Carbon Arc Welding bisa dipakai secara manual ataupun otomatis. Pendinginannya tergantung besarnya arus, bila penggunaan arus di atas 200 Ampere digunakan Water Cooled. Dan sebaliknya bila di bawah 200 Ampere digunakan Air cooled.
    Coated Electrode Welding
    Cara Pengelasan dimana elektrodanya dibungkus dengan fluks merupakan pengembangan lebih lanjut dari pengelasan dengan eletroda logam tanpa pelindung (Bare Metal Electrode). Dengan elektroda logam tanpa pelindung, busur sulit dikontrol dan mengalami pendinginan terlalu cepat sehingga O2 dan N2 dari atmosfir diubah menjadi oksida dan nitrida, akibatnya sambungan menjadi rapuh dan lemah.
    Prinsip Las Elektroda Terbungkus adalah busur listrik yang terjadi antara elektroda dan logam induk mengakibatkan logam induk dan ujung elektroda mencair dan kemudian membeku bersama-sama. Lapisan (Pembungkus) elektroda terbakar bersama dengan meleburnya elektroda.
    Fungsi Fluks:
    Melindungi logam cair dari lingkungan udara.
    Menghasilkan gas pelindung
    Menstabilkan busur
    Sumber unsur paduan (V, Zr, Cs, Mn).
    Submerged Arc Welding
    Dalam pengelasam busur rendam otomatis, busur dan material yang diumpamakan untuk pengelasan tidak diperlukan seorang operator yang ahli. Pengelasan otomatis ini pertama kali diusulkan oleh Bernardos dan N. Slavianoff dan las busur rendam dipraktekkan pertama kali oleh D. Dulchevsky.
    Las busur rendam adalah pengelasan dimana logam cair tertutup dengan fluks yang diatur melalui suatu penampung fluks dan logam pengisi yang berupa kawat pejal diumpankan secara terus menerus. Dalam pengelasan ini busur listriknya terendam dalam fluks. Karena dalam pengelasan ini, busur listriknya tidak kelihatan, maka sangat sukar untuk mengatur jatuhnya ujung busur. Di samping itu karena mempergunakan kawat elektroda yang besar maka sangat sukar untuk memegang alat pembakar dengan tangan tepat pada tempatnya. Karena kedua hal tersebut maka pengelasan selalu dilaksanakan secara otomatis penuh. Mesin las ini dapat menggunakan sumber listrik AC yang lamban dan DC dengan tegangan tetap bila menggunakan listrik AC.

    Gambar 1. Mesin Las Busur Rendam
    Perlu adanya pengaturan kecepatan pengumpanan kawat las yang dapat diubah-ubah untuk mendapatkan panjang busur yang diperlukan. Bila menggunakan sumber listrik DC dengan tegangan tetap, kecepatan pengumpanan dapat dibuat tetap dan biasanya menggunakan polaritas balik (DCRP). Mesin las dengan listrik DC kadang-kadang digunakan untuk mengelas pelat tipis dengan kecepatan tinggi atau untuk pengelasan dengan eletroda lebih dari satu.
    Keuntungan Las Busur Rendam:
    Kualitas Las baik
    Penetrasi cukup
    Bahan las hemat
    Tidak perlu operator trampil
    Dapat memakai arus yang tinggi
    Kerugian Las Busur Rendam:
    Sulit menentukan hasil seluruh pengelasan
    Posisi pengelasan hanya horisontal
    Penggunaan sangat terbatas
    Tungsten Inert Gas
    Pengelasan ini pertama kali ditemukan di USA (1940), berawal dari pengelasan paduan untuk bodi pesawat terbang.
    Prinsip : Panas dari busur terjadi diantara elektrode tungsten dan logam induk akan meleburkan logam pengisi ke logam induk di mana busurnya dilindungi oleh gas mulia (Ar atau He)
    Las ini memakai elektroda tungsten yang mempunyai titik lebur yang sangat tinggi (3260 C) dan gas pelindungnya Argon/Helium. Sebenarnya masih ada gas lainnya, seperti xenon. Tetapi karena sulit didapat maka jarang digunakan.
    Dalam penggunaannya tungsten tidak ikut mencair karena tungsten tahan panas melebihi dari logam pengisi. Karena elektrodanya tidak ikut mencair maka disebut elektroda tidak terumpan.
    Keuntungan : Digunakan untuk Alloy Steel, Stainless Steel maupun paduan Non Ferrous: Ni, Cu, Al (Air Craft). Disamping itu mutu las bermutu tinggi, hasil las padat, bebas dari porositas dan dapat untuk mengelas berbagai posisi dan ketebalan.
    Dibandinkan dengan Carbon Arc Welding, tungsten memiliki beberapa keunggulan. Pada umumnya Tungsten Arc Welding hampir sama dengan Carbon Arc Welding.
    Persamaannya:
    Sumber arusnya sama (Power Supply/Welding Circuit)
    Memakai Elektroda kawat
    Dikhususkan Hanya untuk las
    Perbedaannya:
    Carbon Arc Welding memakai fluks (Coating), TIG memakai gas pelindung.
    Elektroda pada Carbon Arc Welding ikut mencair sebagai logam pengisi, TIG elektrodanya tidak ikut mencair.
    Carbon Arc Welding tidak perlu filler metal, TIG diperlukan filler metal.

Senin, 02 Maret 2009

Kegiatan Belajar Mengajar dalam Perspektif Pendidikan Bermutu

Kegiatan Belajar Mengajar dalam Perspektif Pendidikan Bermutu
(Friday, 26 December 2008) - Written by Admin - Last Updated (Friday, 26 December 2008)
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)


Sebelum kita dapat membahas isu-isu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

kita perlu membahas secara lebih dalam isu-isu dan prioritas untuk

pendidikan yang bermutu dan tujuannya KBM dalam proses mengarah ke

pendidikan yang bermutu.

Apakah tujuan KBM adalah untuk menyampaikan informasi tertentu

(pengetahuan) atau mengajar salah satu "skill" (keterampilan) kepada

pelajarnya? Atau ada tujuan yang lebih luas?

Kami masih ingat pada waktu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) baru

muncul di Indonesia secara formal. Di lapangan banyak guru sedang

bingung. Bingung karena ada beberapa hal termasuk banyak kompetensi

yang disebut dalam kurikulum yang bukan kompetensi, atau sangat sulit

diukur. Salah

satu masalah besar adalah guru-guru bingung karena mereka tidak dapat

percaya bahwa mereka akan punya cukup waktu untuk mengajar les

masing-masing untuk menyampaikan dan "assess" (menilaikan) begitu

banyak kompetensi.

Padahal ini bukan masalah karena kita tidak perlu mengajar kompetensi-kompetensi itu masing-masing. Di dalam satu
kelas kita dapat mengajar beberapa kompetensi sekalian dan juga assess beberapa kompetensi sekalian.

Sebenarnya di setiap kelas kita wajib untuk mengajar sebanyak kompetensi mungkin dalam waktunya bila memakai KBK
atau tidak.

Apa itu Pendidikan Yang Bermutu?

Sebetulnya ada banyak definisi untuk pendidikan yang bermutu tetapi kami merasa bahwa definisi ini dari UNICEF (di
bawah) adalah cukup lengkap:

- Pelajar yang sehat, mendapat makanan bergizi

yang cukup dan siap berpartisipasi dalam proses belajar, yang didukung

dalam proses pembelajaran oleh keluarga dan linkungannya.

- Environmen yang sehat, aman,

melindungi dan "gender-sensitive", dan menyediakan sumber-sumber

pembelajaran dan fasilitas yang cukup.
- Konten dalam kurikulum dan bahan

pembelajaran yang relevan untuk belajar "basic skills", khusus

"literacy, numeracy and skills for life", dan pengetahuan mengenai

isu-isu seperti "gender, health (kesehatan), nutrisi, HIV/AIDS

prevention and peace (kedamaian)".

- Proses-proses di mana guru-guru yang

terlatih menggunakan sistem pembelajaran "child centered" di kelas dan

sekolah yang di-manage dengan baik dan di mana ada penilaian yang baik

untuk melaksanakan pembelajaran dan menurunkan isu-isu perbedaan.

- Outcomes yang termasuk pengetahuan,

keterampilan dan sikap-sikap, dan berhubungan dengan tujuan-tujuan

http://www.jsit.web.id - JSIT Indonesia Developed by Sugama Generated: 3 March, 2009, 11:48
(goals) nasional untuk pendidikan dan partisipasi sosial yang positif.

Bagaimana kita dapat melaksanakan Pendidikan yang Bermutu di Indonesia?

Yang pertama kita harus sadar bahwa kesehatan adalah isu pendidikan. Itu sebabnya Pendidikan Network mempunyai
bagian berita khusus "Pendidikan & Kemiskinan"

karena isu-isu kemiskinan dan kesehatan adalah dua faktor yang sangat

mempengaruhi mutu pendidikan (untuk semua) di negara kita.


"Environmen yang sehat" Puluhan ribu

sekolah di negara kita adalah rusak atau ambruk. Kalau kita menuju

pendidikan yang bermutu "untuk semua" ini harus sebagai prioritas utama

terhadap keadilan di bidang pendidikan. Walapun sumber-sumber pembelajaran dan fasilitas adalah isu yang sangat
penting semua siswa-siswi di Indonesia berhak untuk mengakses sekolah yang aman dan nyaman.

"Konten dalam kurikulum dan bahan pembelajaran yang relevan untuk belajar basic skills".

Kurikulum adalah isu yang terus perlu ditingkatkan sesuai dengan

kebutuhan siswa-siswi untuk menghadapi masa depan dengan keberanian dan

kreativitas, kalau negara kita berharap kemajuan.

Biasanya ada tiga kurikulum sebetulnya; kurikulum nasional, kurikulum daerah (mungkin konten lokal termasuk bahasa),
dan kurikulum sekolah (mencerminkan keinginan dan kebutuhan lingkungan sekolah termasuk masyarakat dan industri).
Kurikulum

sekolah adalah isu yang sangat penting dan dapat di bentukkan dalam

kegiatan ekstra-kurikular untuk menambah pembelajaran agama, sosial,

kemandirian, keterampilan yang berhubungan dengan industri lokal

(kejuruan), dll. Kurikulum sekolah dapat sangat membantu dengan isu-isu mutu SDM.


"Proses-proses di mana guru-guru yang terlatih menggunakan sistem pembelajaran child centered"

Apa maksudnya "child centered"? Child centered adalah sistem pembelajaran di mana fokus pembelajaran adalah
dengan pelajar bukan guru. Guru sebagai fasilitator atau manajer proses pembelajaran. Misalnya di TK guru-guru sering
mengajar anak-anak lewat kegiatan mainan.

Di dalam kegiatan-kegiatan ini adalah pembelajaran misalnya

pembelajaran isu sosial, hitung, bergambar, cerita dalam kata-kata

sendiri, keterampilan kreativitas, dll.

Di tingkat SD sampai SMP sudah ada banyak contoh dan bukti

penghasilan dari proses "Child Centered Learning" yang disebut

Pengajaran Aktif, Kreatif, Efektif yang Menyenangkan (PAKEM) atau

Pembelajaran Kontekstual di situs Basic Education (MBE).



Di tingkat SMU kita masih dapat menyaksikan banyak kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah menengah yang belum
Student Centered.

Mungkin karena masih banyak guru belum kenal dengan proses, atau

seperti kami sudah mendengar di lapangan bahwa guru-guru masih

ragu-ragu bahwa mereka dapat selesai menyampaikan kurikulum dalam

waktunya kalau menggunakan proses PAKEM. Padahal lewat

proses PAKEM siswa-siswi dapat belajar sangat cepat maupun enjoy

(nikmat) pembelajaran sambil menambah pembelajaran "life skills"

misalnya manajemen, kemandirian, penelitian, dll, sambil belajar topik

http://www.jsit.web.id - JSIT Indonesia Developed by Sugama Generated: 3 March, 2009, 11:48
utama#.



#Ingat di atas bahwa kami sebut "di setiap kelas kita wajib untuk mengajar sebanyak kompetensi mungkin dalam
waktunya bila memakai KBK atau tidak"

Ini adalah salah satu isu yang sangat membedakan sekolah nasional dengan sekolah internasional. Beberapa sekolah
nasional sudah melaksanakan proses pembelajaran kontekstual misalnya Madania di Parung, Bogor, Jawa Barat.

Di Perguruan Tinggi kita dapat menyaksikan kegiatan belajar mengajar di kebanyakan kelas yang paling pasif. Proses
pembelajarannya biasanya sangat 'dosen centered' dengan mahasiswa/i dalam keadaan DM (duduk manis) dan jarang
terkait dalam proses pembelajaran.

Apakah harus begini? Pasti Tidak!

Dosen-dosen, sama dengan guru-guru di sekolah, wajib untuk mengaktifkan mahasiswa/i dalam proses pembelajaran.

Kita perlu menggunakan strategi-strategi, walapun kelasnya adalah

besar, di mana mahasiswa/i adalah seaktif mungkin dalam proses

pembelajaran.

Apakah anda yang dosen yang membaca ini pernah ikut program

seminar yang ceramah atau pidato sepanjang hari? Apakah anda ingin

tidur atau pulang? Sekarang

kebanyakan presenter menggunakan laptop dan data projector. Apakah ada

bedanya? Setelah dua atau tiga presentasi apa anda ingin tidur atau

pulang juga? Sama saja kan?


Yang akan paling meningkatkan mutu pendidikan

di Indonesia adalah kalau kita di semua tingkat pendidikan

menghidupkan/mengaktifkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), bukan isu seperti teknologi.

Teknologi Pendidikan adalah alat bantu untuk di mana ada kesempatan untuk meningkatkan mutu KBM,

tetapi teknologinya harus cocok dan tidak perlu terlalu canggih. Kalau

kita sering menggunakan teknologi yang sama, bila paling canggih,

pelajar kita juga akan cepat mulai bosen. Sering teknologi yang paling membantu tujuan KBM kita adalah yang paling
sederhana.
Dikutip dari: http://teknologipendidikan.com/kbm.html
http://www.jsit.web.id - JSIT Indonesia Developed by Sugama Generated: 3 March, 2009, 11:48

PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN ALAT UKUR

PENGGUNAAN DAN
PEMELIHARAAN ALAT UKUR
BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM
DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
2004
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN
PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK BODI OTOMOTIF
KODE MODUL
OPKR-10-010C
iii
KATA PENGANTAR
Modul PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN ALAT UKUR digunakan
sebagai panduan kegiatan belajar untuk membentuk salah satu
kompetensi, yaitu : Menggunakan dan memelihara alat-alat ukur mekanik
dengan prosedur yang benar. Modul ini dapat digunakan untuk peserta
diklat Program Keahlian Teknik Bodi Otomotif.
Modul ini memberikan latihan untuk meggunakan dan memelihara
alat-alat ukur mekanik yang sering digunakan dalam bidang teknik bodi
otomotif. Modul ini terdiri atas tiga kegiatan belajar. Kegiatan belajar 1
membahas tentang alat-alat ukur linier langsung. Kegiatan 2 membahas
tentang alat-alat ukur linier tak langsung. Kegiatan belajar 3 membahas
tentang alat-alat ukur sudut.
Penyusun menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan modul
ini, sehingga saran dan masukan yang konstruktif sangat penyusun
harapkan. Semoga modul ini banyak memberikan manfaat untuk
mempelajari bodi kendaraan.
Yogyakarta, Desember 2004
Penyusun.
Tim Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta
iv
DAFTAR ISI MODUL
Halaman
HALAMAN SAMPUL ……………………………………………….………………………i……
HALAMAN FRANCIS ……………………………………………….………………………ii……
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………i…ii……
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………iv……
PETA KEDUDUKAN MODUL ……………………………………………………………vi……
PERISTILAHAN/GLOSSARY …………………………………………………………ix……
I. PENDAHULUAN …………………………………………………………………………1……
A. DESKRIPSI ……………………………………………………………………………1
B. PRASYARAT ……………………………………………………………………………1………
C. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ……………………………………………1………
1. Petunjuk Bagi Siswa ……………………………………………………………1……
2. Petunjuk Bagi Guru ……………………………………………………………2…………………
D. TUJUAN AKHIR ………………………………………………………………………3………
E. KOMPETENSI …………………………………………………………………………4………
F. CEK KEMAMPUAN …………………………………………………………………6………
II. PEMELAJARAN ……………………………………………………………………………7 …
A. RENCANA BELAJAR SISWA…………………………………………………………7…
B. KEGIATAN BELAJAR ………………………………………………………………7………
1. Kegiatan Belajar 1 : Pengukuran Linier Langsung ...........………7………………
a. Tujuan kegiatan belajar 1 …………………………………………7
b. Uraian materi 1 ……………………………………………………………7……
c. Rangkuman 1 ………………………………………………………………26………
d. Tugas 1 ………………………………………………………………………28………
e. Tes formatif 1 ………………………………………………………………2…8 …
f. Kunci jawaban formatif 1 ………………………………………………3…1…
g. Lembar kerja 1 ……………………………………………………………3…3…
2. Kegiatan Belajar 2 : Pengukuran Linier Tak Langsung …………35
a. Tujuan kegiatan belajar 2 …………………………………………35
v
b. Uraian materi 2 ……………………………………………………………35………
c. Rangkuman 2 ………………………………………………………………51………
d. Tugas 2 ………………………………………………………………………52………
e. Tes formatif 2 ……………………………………………………………5…3……
f. Kunci jawaban formatif 2 ………………………………………………55……
g. Lembar kerja 2 ……………………………………………………………58……
3. Kegiatan Belajar 3 : Pengukuran Sudut ...........................……60
a. Tujuan kegiatan belajar 3 …………………………………………60
b. Uraian materi 3 ……………………………………………………………60………
c. Rangkuman 3 ………………………………………………………………65………
d. Tugas 3 ………………………………………………………………………66………
e. Tes formatif 3 ……………………………………………………………6…7……
f. Kunci jawaban formatif 3 ………………………………………………68……
g. Lembar kerja 3 ……………………………………………………………69……
III.EVALUASI ………………………………………………………………………………7…1……
A. PERTANYAAN ………………………………………………………………………7…1………
B. KUNCI JAWABAN …………………………………………………………………7…4………
C. KRITERIA KELULUSAN …………………………………………………………7…8………
IV.PENUTUP ………………………………………………………………………………7…9………
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………8…0 ………
PETA KEDUDUKAN MODUL
A. Diagram Pencapaian Kompetensi
Diagram ini menunjukkan tahapan atau tata urutan pencapaian kompetensi yang dilatihkan pada peserta diklat
dalam kurun waktu tiga tahun, serta kemungkinan multi entry–multi exit yang dapat diterapkan.
OPKR
10-0098
OPKR
10-016C
OPKR
10-017C
OPKR
10-010C
OPKR
10-013C
OPKR
60-002C
OPKR
60-008C
OPKR
60-007C
OPKR
60-006C
OPKR
10-006C
OPKR
60-012C
OPKR
60-013C
OPKR
60-011C
OPKR
60-016C
OPKR
60-037A
OPKR
60-009C
OPKR
60-018C
OPKR
60-019C
OPKR
60-029A
OPKR
60-031A
OPKR
60-036A
OPKR
60-050A
OPKR
60-051A
vi
vii
Keterangan Diagram Pencapaian Kompetensi
OPKR 10-009B. Pembacaan dan pemahaman gambar teknik
OPKR 10-016C. Mengikuti Prosedur Keselamatan. Kesehatan Keria dan
Lingkungan.
OPKR 10-017C. Penggunaan dan Pemeliharaan Peralatan dan
Perlengkapan Tempat Kerja.
OPKR 10-010C. Penggunaan dan Pemeliharaan Alat Ukur.
OPKR 10-013C. Pelaksanaan pemeriksaan keamanan/kelayakan
kendaraan
OPKR 10-006C. Melaksanakan prosedur pengelasan, pematrian,
pemotongan dengan panas dan pemanasan
OPKR 60-002C. Melaksanakan pekerjaan sebelum perbaikan
OPKR 60-006C. Melepas, menyimpan dan mengganti/memasang panelpanel
bodi kendaraan, bagian-bagian panel
dan perangkat tambahannya
OPKR 60-012C. Mempersiapkan permukaan untuk pengecatan ulang
OPKR 60-007C. Melepas dan mengganti/melepas pelindung moulding,
transfer/gambar hiasan, stiker dan decal/lis, spoile
OPKR 60-008C. Melepas dan mengganti rangkaian/listrik/unit elektronik
OPKR 60-013C. Mempersiapkan bahan dan peralatan pengecatan
OPKR 60-011C. Melaksanakan prosedur masking
OPKR 60-009C. Memasang perapat komponen kendaraan
OPKR 60-016C. Mempersiapkan komponen kendaraan untuk perbaikan
pengecatan kecil
OPKR 60-037A. Mempersiapkan dan mengecat komponen-komponen
plastik
OPKR 60-018C. Pelaksanaan pengkilatan dan pemolesan
OPKR 60-019C. Memilih dan menggunakan hiasan/Trim berperekat
OPKR 60-029A. Membuat (fabrikasi) komponen fiberglas/bahan
komposit
OPKR 60-030A. Memperbaiki komponen finberglas/bahan komposit
OPKR 60-031A. Memperbaiki komponen bodi menggunakan dempul
timah (lead wiping)
OPKR 60-038A. Melaksanakan pemasangan anti karat dan peredam
suara
OPKR 60-050A Membersihkan permukaan kaca
OPKR 60-051A. Melakukan pembersihan setempat permukaan
luar/dalam
viii
B. Kedudukan Modul
Modul dengan kode OPKR-10-010C tentang “Penggunaan dan
Pemeliharaan Alat Ukur” ini merupakan prasyarat untuk menempuh
modul OPKR-60-008C dan OPKR-10-013C, sebagaimana terlihat pada
peta kedudukan modul.
ix
PERISTILAHAN / GLOSSARY
End play yaitu kekocakan suatu poros ke kanan atau ke kiri yang diukur
pada ujung poros dengan menggunakan dial indicator.
Backlash yaitu kekocakan antara gigi dengan gigi pada roda gigi atau
rack (batang bergigi) yang diukur dengan dial indicator.
Big end batang torak yaitu bagian batang torak yang berhubungan
dengan poros engkol.
Dimensi yaitu ukuran dari suatu komponen/alat atau suatu unit tertentu.
Replacement rod yaitu bagian dari Cylinder gage (Bore gage) yang
dapat diganti-ganti sesuai dengan kebutuhan (besar kecilnya)
diameter silinder.
Trust clearance yaitu celah samping antara komponen yang dengan
komponen lainnya yang dapat diukur dengan feeler gage atau dial
indicator.